Rock Climbing
Pada dasarnya Rock
Climbing merupakan bagian dari mountaineering
(kegiatan mendaki gunung, perjalanan petualangan ke tempat-tempat yang
tinggi), hanya dalam hal ini kita dihadapkan pada medan yang khusus
dengan peralatan khusus pula.
Dengan membedakan daerah ataumedan
yang dilalui, mountaineering dapat terbagi menjadi; Hill
Walking, Rock Climbing dan Ice/Snow
Climbing. Hill Walking merupakan perjalanan yang
biasa melalui serangkaian hutan dan perbukitan dengan berbekal
pengetahuan navigasi dan survival. Kekuatan berjalan naik dan turun
adalah faktor utama suksesnya suatu perjalanan. Untuk Rock
Climbing, medan
yang dihadapi berupa perbukitan bahkan tebing dimana sudah diperlukan
kekuatan untuk menjaga kesimbangan tubuh serta menambah ketinggian. Ice/Snow
Climbing tak beda dengan Rock Climbing, namun medan yang dihadapi
berupa perbukitan atau tebing es/salju.
Rock Climbing sendiri dikenal sebagai suatu perjalanan pendek yang umumnya tidak memakan lebih dari satu – dua hari, namun terkadang lebih, dan kegiatan ini sangat membutuhkan penguasaan tehnik pemanjatan dan pemakaian peralatan.
Kadang timbul pertanyaan pada diri kita; kenapa sih naik gunung? Goerge L. Mallory (pendaki legendaris Inggris) menjawabnya dengan; Because it”s there. Lalu pertanyaan lainnya, apa yang kau dapatkan disana? Reinhold Messner, seorang pendaki besar yang berpengalaman diHimalaya menjawabnya; The mountains tell you, quite ruthlessly,
who you are, and what you are. Mountaineering is as game where you can’t
cheat……… more than that, what’s important I your determination cool
nerves, and knowing how to make the right choice.
Olahraga seperti ini adalah menyenangkan, barangkali sedikit egois. Segala kenikmatan pada saat kita menyelesaikan sebuahmedan sulit adalah milik kita sendiri,
tidak ada sorak sorai, apalagi pengalungan medali. Sebaliknya, adanya
kecelakaan dalam suatu pendakian adalah karena kelalain, karena kekurang
hati-hatian, kurang memperhitungkan kemampuan diri atau
bahkan keegoisan. Banyak pendaki melakukan turun tebing dengan
melompat-lompat bahkan sangat cepat, padahal ini
sangat berbahaya, juga memperpendek usia peralatan. Sebaiknya kita
menganggap panjat tebing sebagai hobi, seperti hobi-hobi lainnya.
Sebagai gambaran bisa kita simak perkataan Walter Bonatti,
seorang pendaki kawakan dari Italia, saat melakukan pemanjatan solonya
di tebing yang mengerikan di Swiss. Ketika ia sedang mengalami kesulitan
melewati dinding overhang (dinding yang menggantung
dengan kemiringan 90°), sebuah pesawat yang mencarinya
mengitarinya. Kehadiran pesawat menekan kesendiriannya. “ Siapa yang
mengatakan bahwa mereka melihatku?, aku berfikir dan merasa bahwa
pesawat tersebut adalah bagian dari diriku, yang kini meninggalkan dan
merobek hatiku. Aku mulai sadar bahwa aku lebih suka jika terdapat
kesunyian yang mutlak. Semua yang tejadi dalam waktu singkat tadi
seakan-akan merupakan usaha akhir untuk menghubungkan diriku dengan
kehidupan yang mempunyai arti bagi diriku. Pesawat itu berputar-putar
kemudian meninggalkan diriku yang seperti mati..”
Rock Climbing adalah tehnik memanjat tebing batu dengan memanfaatkan cacat batuan, baik rekahan maupun tonjolan batu ( crack and ledges ). Dengan pengertian ini maka memanjat tebing tanpa memanfaatkan cacat batuan bukan lagi tehnik Rock Climbing.
Dalam tehnik memanjat, bermacam tonjolan dan rekahan (crack and ledges) dijadikan tumpuan kaki dan tangan, permukaan tebing yang tak rata, karena mengalami pengikisan, akibat pengaruh suhu, angin, air dan lainnya. Dinding mengalami kontraksi dan ekspansi, yang kemudian memunculkan celah dan lubang dari yang kecil, sempit, hingga panjang dan lebar, sehingga dapat djadikan tumpuan.
Tehnik memanjat tebing pada dasarnya merupakan cara agar kita dapat menempatkan tubuh sedemikian rupa, sehingga cukup stabil, memberi peluang untuk bergerak dan dapat bertahan lama (tidak melelahkan). Dengan demikian kita dapat melakukan pemanjatan dengan tepat, aman dan sedapat mungkin cepat.
Dengan membedakan daerah atau
Rock Climbing sendiri dikenal sebagai suatu perjalanan pendek yang umumnya tidak memakan lebih dari satu – dua hari, namun terkadang lebih, dan kegiatan ini sangat membutuhkan penguasaan tehnik pemanjatan dan pemakaian peralatan.
Kadang timbul pertanyaan pada diri kita; kenapa sih naik gunung? Goerge L. Mallory (pendaki legendaris Inggris) menjawabnya dengan; Because it”s there. Lalu pertanyaan lainnya, apa yang kau dapatkan disana? Reinhold Messner, seorang pendaki besar yang berpengalaman di
Olahraga seperti ini adalah menyenangkan, barangkali sedikit egois. Segala kenikmatan pada saat kita menyelesaikan sebuah
Rock Climbing adalah tehnik memanjat tebing batu dengan memanfaatkan cacat batuan, baik rekahan maupun tonjolan batu ( crack and ledges ). Dengan pengertian ini maka memanjat tebing tanpa memanfaatkan cacat batuan bukan lagi tehnik Rock Climbing.
Dalam tehnik memanjat, bermacam tonjolan dan rekahan (crack and ledges) dijadikan tumpuan kaki dan tangan, permukaan tebing yang tak rata, karena mengalami pengikisan, akibat pengaruh suhu, angin, air dan lainnya. Dinding mengalami kontraksi dan ekspansi, yang kemudian memunculkan celah dan lubang dari yang kecil, sempit, hingga panjang dan lebar, sehingga dapat djadikan tumpuan.
Tehnik memanjat tebing pada dasarnya merupakan cara agar kita dapat menempatkan tubuh sedemikian rupa, sehingga cukup stabil, memberi peluang untuk bergerak dan dapat bertahan lama (tidak melelahkan). Dengan demikian kita dapat melakukan pemanjatan dengan tepat, aman dan sedapat mungkin cepat.
II. KLASIFIKASI PANJAT TEBING
Dalam panjat tebing terdapat dua klasifikasi pembedaan yaitu;
1.Pembedaan antara Free Climbing dengan Artificial climbing.
Free Climbing adalah suatu tipe dimana si
pemanjat menambah
ketinggian dengan menggunakan kemampuan dirinya sendiri, artinya
tidak dengan bantuan alat penambah ketinggian. Dalam Free
Climbing alat digunakan hanya sebatas pengaman. Bedanya dengan Artificial
Climbing, dipakai pula peralatan untuk menambah
ketinggian.
2.Pembedaan
antara Sport Climbing dengan Adventure Climbing.
Sport Climbing adalah suatu pemanjatan yang
lebih menekankan pada
faktor olahraganya, dalam Sport Climbing, pemanjatan
dipandang seperti halnya olahraga yaitu untuk menjaga kesehatan tubuh.
Sedangkan pada Adventure Climbing, yang ditekankan
adalah nilai petualangannnya.
III. KASIFIKASI dan GRADE DALAM PANJAT TEBING
Kelas
Seperti dalam olahraga lainnya, seorang atlit dapat terukur kemampuannya pada suatu tingkat pertandingan. Dalam panjat tebing terdapat klasifikasi tebing berdasarkan tingkat kesulitannya, dengan demikian dapat diukur kemampuan seseorang. Sierra Club, sebuah klub mountaineering membagi kelas-kelas tersebut, terdiri dari;
Kelas 1. Cross Country Hiking Perjalanan
biasa tanpa membutuhkan bantuan tangan untuk mendaki atau menambah
ketinggian. Medan
dapat dilalui dengan berjalan tegak dan tidak memerlukan peralatan
khusus.
Kelas 2. Scrambling
Medannya sedikit sulit, sehingga diperlukan sepatu yang memadai dan penggunaan tangan sebagai pembantu, namum belum meggunakan tali.
Kelas 3. Easy Climbing
Secara scrambling dengan bantuan dasar teknik mendaki (climbing) sangat membantu, untuk pendaki yang kurang pengalaman dapat menggunakan tali.Medan
semakin curam, sehingga dibutuhkan tehnik - tehnik Climbing,
tetapi tali pengaman belum begitu dibutuhkan.
Kelas 4. Rope climbing with belaying
Kesulitan bertambah, sebagai pengaman, belay
(pengaman) dipasang pada anchor
(titik tambat) alamiah atau buatan, dibutuhkan
tali pengaman dan pasak tebing untuk anchor atau runners (Exposeed
Climbing ).
Kelas 5 . Kelas
ini dibagi menjadi 12 tingkatan (5.1 sampai 5.14), dimana semakin tinggi
angka di belakang angka 5, berarti semakin tinggi tingkat kesulitan
tebing. Pada kelas ini, runners mulai dipakai sebagai pengaman.
Kelas 5 sendiri terbagi atas;
5.1 - 5.4 Terdapat dua tumpuan untuk tangan dan dua untuk kaki dalam tiap gerakan. pegangan bertambah kecil sesuai dengan pertambahan angka.
5.5 - 5.6 Ada tumpuan kedua tangan dan kaki bagi yang berpengalaman, tapi belum tentu untuk pemula
5,7 - 5,8 Lintasan pemanjatan untuk pegangan dan pijakan sangat banyak, besar dan mudah didapat. Sudut kemiringan tebing belum mencapai 90 derajat.
5.9 Mulai agak sulit, dimana jarak antar pegangan dan pijakan mulai berjauhan tetapi masih banyak dan besar
5.10 Kesulitan bertambah. Komposisi pegangan dan pijakan mulai bervariasi, besar dan kecil. Jarak antara celah dan tonjolan mulai berjauhan. Terdapat dua tumpuan tangan dan satu tumpuan kaki, factor kesimbangan mulai dibutuhkan
5.11 - 5,12 Letak satu pegangan dengan yang lainnya berjauhan dan berukuran kecil, yang hanya dapat dipegang oleh beberapa jari saja. Kedua kaki mulai bergerak melebar agar dapat bertumpu pada tumpuan berikutnya. Bentuk tebing mulai bervariasi antara overhang dan roof.
5,13 – 5.14 Jalur lintasan bervariasi antara tebing overhang dan roof dengan satu tumpuan kaki dan satu tumpuan tangan. pemanjat mulai melakukan gerakan gesek (friction) dan bertumpu pada ujung jari (edginh), bahkan harus mengaitkan tumit pada pijakan (hooking)
Seperti dalam olahraga lainnya, seorang atlit dapat terukur kemampuannya pada suatu tingkat pertandingan. Dalam panjat tebing terdapat klasifikasi tebing berdasarkan tingkat kesulitannya, dengan demikian dapat diukur kemampuan seseorang. Sierra Club, sebuah klub mountaineering membagi kelas-kelas tersebut, terdiri dari;
Kelas 1. Cross Country Hiking
Kelas 2. Scrambling
Medannya sedikit sulit, sehingga diperlukan sepatu yang memadai dan penggunaan tangan sebagai pembantu, namum belum meggunakan tali.
Kelas 3. Easy Climbing
Secara scrambling dengan bantuan dasar teknik mendaki (climbing) sangat membantu, untuk pendaki yang kurang pengalaman dapat menggunakan tali.
Kelas 4. Rope climbing with belaying
Kelas 5
5.1 - 5.4 Terdapat dua tumpuan untuk tangan dan dua untuk kaki dalam tiap gerakan. pegangan bertambah kecil sesuai dengan pertambahan angka.
5.5 - 5.6 Ada tumpuan kedua tangan dan kaki bagi yang berpengalaman, tapi belum tentu untuk pemula
5,7 - 5,8 Lintasan pemanjatan untuk pegangan dan pijakan sangat banyak, besar dan mudah didapat. Sudut kemiringan tebing belum mencapai 90 derajat.
5.9 Mulai agak sulit, dimana jarak antar pegangan dan pijakan mulai berjauhan tetapi masih banyak dan besar
5.10 Kesulitan bertambah. Komposisi pegangan dan pijakan mulai bervariasi, besar dan kecil. Jarak antara celah dan tonjolan mulai berjauhan. Terdapat dua tumpuan tangan dan satu tumpuan kaki, factor kesimbangan mulai dibutuhkan
5.11 - 5,12 Letak satu pegangan dengan yang lainnya berjauhan dan berukuran kecil, yang hanya dapat dipegang oleh beberapa jari saja. Kedua kaki mulai bergerak melebar agar dapat bertumpu pada tumpuan berikutnya. Bentuk tebing mulai bervariasi antara overhang dan roof.
5,13 – 5.14 Jalur lintasan bervariasi antara tebing overhang dan roof dengan satu tumpuan kaki dan satu tumpuan tangan. pemanjat mulai melakukan gerakan gesek (friction) dan bertumpu pada ujung jari (edginh), bahkan harus mengaitkan tumit pada pijakan (hooking)
Dibawah ini adalah
penomeran tingkat kesulitan kelas 5 yang berbeda nomor di tiga
negara
PERANCIS
|
AMERIKA SERIKAT
| |
9
|
4
|
5.6
|
10
|
4
|
5.6
|
11
|
5a
|
5.7
|
12
|
5a+
|
5.8
|
13
|
5b
|
5.8
|
14
|
5b+
|
5.8
|
15
|
5c
|
5.9
|
16
|
5c+
|
5.10a
|
17
|
6a
|
5.10b
|
18
|
6a+
|
5.10c
|
19
|
6b
|
5.10d
|
20
|
6b+
|
5.11a
|
21
|
6c
|
5.11b
|
22
|
6c+
|
5.11c
|
23
|
7a
|
5.11d
|
24
|
7a+
|
5.12a
|
25
|
7b
|
5.12b
|
26
|
7b+
|
5.12c
|
27
|
7c
|
5.12d
|
28
|
7c+
|
5.13a
|
29
|
8a
|
5.13b
|
30
|
8a+
|
5.13c
|
31
|
8b
|
5.13d
|
32
|
8b+
|
5.14a
|
33
|
8c
|
5.14b
|
34
|
8c+
|
5.14c
|
35
|
9a
|
5.14
|
Kelas A
Tingkat kesulitan ini dihitung berdasarkan alat-alat yang digunakan untuk menambah ketinggian. Karena faktor permukaan tebing, seorang pemanjat diharuskan menggunakan alat penambah ketinggian. Dibagi menjadi
Grade
Merupakan ukuran banyaknya teknik pendakian yang diperlukan. Faktor rute yang sulit dan cuaca buruk dapat menambah bobot grade menjadi lebih tinggi. Sebagai contoh, tebing kelas 5.7 yang rendah dan dekat dengan jalan raya, mungkin akan mempunyai grade I (satu). Pembagian grade adalah sebagai berikut;
Grade
Grade II. Bagian yang menimbulkan beberapa kesulitan teknik, dan harus ditempuh
Grade III. Bagian yang menimbulkan kesulitan teknik, Harus ditempuh sekitar 4 – 7 jam.
Grade IV. Membutuhkan waktu 7 -10 jam.
Grade V. Membutuhkan waktu 1 – 2 hari.
Grade VI. Biasanya membutuhkan waktu dua hari atau lebih dengan banyak
IV. TEHNIK PANJAT TEBING
A. STRUKTUR GUNUNG dan TEBING
Dengan mengetahui struktur
gunung atau tebing, akan lebih mudah untuk merencanakan sebuah jalur
yang akan dipanjat, merencanakan tempat untuk beristirahat, dan
sebagainya. Faktor lain yang memiliki kaitan erat adalah musim dan
cuaca, terutama arah angin. Akan lebih sulit memanjat suatu dinding
bagian selatan saat angin bertiup kencang dari arah selatan, daripada
saat angin bertiup dari arah utara
Seperti juga pada mendaki gunung (hill walking), memanjat tebing juga memerlukan pengetahuan rute yang akan diambil. Di negara-negara maju disediakan buku petunjuk rute suatu tebing dengan tingkat kesulitan, bahkan peralatan yang dipakai. Dengan demikian pemanjat dapat memanjat dengan memperhitungkan kemampuannya. Umumnya
dinding tebing terdiri dari bermacam-macam crack
and ledges, yang disebabkan pengaruh suhu, angin, iklim, hujan dan
faktor lainnya. Dinding mengalami kontraksi dan ekspansi yang kemudian
memunculkan celah dan lubang dari yang kecil, sempit, hingga panjang dan
lebar. Karena sering mengalami pengikisan permukaan tebing menjadi
tidak rata, sehingga dapat dijadikan tumpuan
Pengetahuan dasar tentang stuktur tebing itu sendiri juga sangat perlu diketahui. Antara lain;
·Bentuk tebing bagian yang dilihat secara keseluruhan mulai dasar sampai puncak
·Blank bentuk tebing yang mempunyai sudut 90° atau vertical
·Overhang bentuk tebing yang mempunyaio kemiringan 10° - 80°, terletak
·Roof bentuk tebing yang mempuyai sudut 0° - 80°, terletak menjorok ke dalam
·Top bagian tebing paling atas, yang merupakan tujuan akhir pemanjatan
Kemudian ada soal bentuk permukaan tebing yang merupakan bagian dari tebing nantinya akan digunakan untuk pegangan atau pijakan dalam suatu pemanjatan. Bagian ini dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu
Seperti juga pada mendaki gunung (hill walking), memanjat tebing juga memerlukan pengetahuan rute yang akan diambil. Di negara-negara maju disediakan buku petunjuk rute suatu tebing dengan tingkat kesulitan, bahkan peralatan yang dipakai. Dengan demikian pemanjat dapat memanjat dengan memperhitungkan kemampuannya.
Pengetahuan dasar tentang stuktur tebing itu sendiri juga sangat perlu diketahui. Antara lain;
·Bentuk tebing bagian yang dilihat secara keseluruhan mulai dasar sampai puncak
·Blank bentuk tebing yang mempunyai sudut 90° atau vertical
·Overhang bentuk tebing yang mempunyaio kemiringan 10° - 80°, terletak
·Roof bentuk tebing yang mempuyai sudut 0° - 80°, terletak menjorok ke dalam
·Top bagian tebing paling atas, yang merupakan tujuan akhir pemanjatan
Kemudian ada soal bentuk permukaan tebing yang merupakan bagian dari tebing nantinya akan digunakan untuk pegangan atau pijakan dalam suatu pemanjatan. Bagian ini dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu
- Face permukaan tebing mempunyai tonjolan- Slap / friction permukaan tebing yang tanpa tonjolan atau celah, rata, dan tak ada cacat batuan - Fissure permukaan tebing yang mempunyai celah/crack
Istilah Climbing
Pemanjatan adalah kegiatan menggunakan satu tangan dan kaki (atau
bagian lain dari tubuh) untuk naik ke sebuah benda menjulang ke atas. Hal ini dilakukan untuk rekreasi
(untuk mencapai tempat yang tidak dapat diakses, atau untuk dinikmati
sendiri) dan kerja profesional, sebagai bagian dari kegiatan seperti
pemeliharaan struktur, atau operasi militer.
Climbing activities include:
Climbing kegiatan meliputi:
- Bouldering: memanjat tebing kecil, umumnya menggunakan dengan sepatu dan tkantung magnesium (chalkbag). Biasanya, selain menggunakan tali dari untuk keselamatan, cedera dihindari dengan menggunakan crash pad (matras) dan penjaga (untuk menghindari langsung jatuh pada pemanjat ke matras).
- Buildering : Panjat Tebing bangunan - biasanya tanpa alat - alat yang biasa menghindari kenaikan seperti tangga dan Elevators. Buildering aspek dapat dilihat dalam gerakan seni yang dikenal sebagai Parkour.
- Canyoning : Pemenjatan atau penelusuran atas jurang atau ngarai untuk olahraga atau rekreasi.
- Competition Climbing : olahraga panjat kompetitif, biasanya dilakukan pada dinding buatan yang menyerupai batu alam sebenarnya. International Federation of Sport Climbing (IFSC) merupakan organisasi resmi lomba di seluruh dunia naik dan diakui oleh IOC dan GAISF dan merupakan anggota dari International Dunia Video Association (IWGA). . Kompetisi Panjat Tebing memiliki tiga disiplin utama; Lead Climbing, Bouldering dan Kecepatan.
- Ice climbing: Memanjat es atau salju keras menggunakan peralatan yang dirancang khusus untuk tujuan, biasanya kapas es dan crampon. Beberapa peralatan pengamannya mirip dengan panjat tebing, walaupun bentuknya berbeda (misal; sekrup salju).
- Mountain climbing (Mountaineering): Memanjat atau mendaki gunung untuk olahraga atau rekreasi. Ini umumnya melibatkan batuan atau es .
- Net climbing : Memanjat sebuah struktur jaring yang terdiri dari beberapa tali baja yang saling menguatkan yang melekat pada tanah dan tiang-tiang baja. Ini biasanya dipakai pada permainan anak-anak untuk membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan pemanjatan dan keseimbangan.
- Rock climbing : Memnajat tebing sebenarnya, pemanjatan umumnya menggunakan sepatu dan chalkbag. Peralatan seperti tali, baut, nuts, hexes dan alat penjepit (cams/freinds) biasanya dipakai, baik sebagai pengaman atau bantuan.
- Rope access :Pemanjatan yang dilakukan biasanya untuk merawat bangunan-bangunan tinggi
- Rope climbing : Memanjat dengan cara meniti tali, umumnyasekarang ini digunakan alat Ascender.
- Tree climbing : memanjat pohon tanpa merusak mereka, dengan menggunakan tali dan peralatan lainnya. Namun kurang kompetitif dari kegiatan panjat tebing.
Tebing, tebing es, dan semua
pohon, biasanya menggunakan tali untuk keselamatan atau bantuan.
Pemanjatan-pemanjatan meniti tali (jummaring) yang pertama dimasukkan ke
dalam asal modern gymnastics pada akhir abad 18 dan awal abad ke-19.
Dalam budaya populer
Pemanjatan telah diulas dalam banyak film populer, seperti Cliffhanger
dan Mission:
Impossible II, tetapi sering digambarkan oleh Hollywood
dengan sembrono dalam film dan media. Kecuali film The Eiger Sanction
dan Touching A Void.
Olahraga panjat tebing yang telah berubah menggila pada akhir tahun
1990-an yang menyebabkan imej pemanjat tebing menjadi anti-perspiran dan
perniagaan Angkatan Laut Amerika, dan bahan promosi universitas.
Olahraga meniti tali yang pernah resmi adalah olahraga senam setelah
dibukanya Olimpiade 1932. .
Republik Ceko dan Perancis telah dibangkitkan dan kontes yang
diselenggarakan di tempat-tempat berkumpulnya masyarakat, seperti pusat
perbelanjaan, serta di gym.
Peralatan Rock Climbing
Pada dasarnya, peralatan panjat tebing, tak jauh berbeda dengan
peralatan kegiatan mountaineering lainnya, seperti caving, rapelling
dan lainnya. Dimana ada beberapa alat yang berbeda bentuknya namun
berfungsi sama.
Peralatan Dasar
Tali
Fungsi utama tali
adalah untuk melindungi pendaki dari kemungkinan jatuh sampai
menyentuh tanah (freefall). Berbagai jenis tali yang digunakan dalam
panjata tebing. Tali yang umum dipergunakan adalah jenis statis,
walaupun kadang dibutuhkan tali statis, seperti digunakan untuk
jummaring dalm pemanjatan tebing-tebing yang sangat tinggi (multipitch
climbing) lebih lengkap baca posting: Management Rope kategori; Basic
Mountaineering
Karabiner
Adalah alat penghubung seperti
pengait, umumnya dibuat dari bahan Alluminium Alloy. Karabiner
sendiri mempunyai dua jenis yaitu karabiner yang mempunyai sistem
penguncian (Locking Carabinner) atau screwgate dan karabiner
tanpa sistem pengunci (Un-locking Carabinner) biasa pula disebut snapgate.
Karena pengaruh penggunaan dan fungsinya, karabinerpun mempunyai bentuk
yang bermacam-macam. Secara prinsip, dalam rock climbing karabiner digunakan untuk menghubungkan
tali dengan titik pengaman (runners), sehingga karabiner dibuat kuat
namun ringan.Umumnya karabiner yang sering digunakan adalah bentuk d
shape untuk dikaitkan pada runner/hanger.
Rabbit Runner
Adalah adalah alat penghubung karabiner satu dengan lainnya dengan berbagai variasi ukuran panjang. Dua karabiner yang dihubungkan runner biasa disebut quickdraw.
Adalah adalah alat penghubung karabiner satu dengan lainnya dengan berbagai variasi ukuran panjang. Dua karabiner yang dihubungkan runner biasa disebut quickdraw.
Harness
Berguna sebagai pengaman tubuh pemanjat dan belayer. Harness yang umum digunakan adalah Sit Harness (harness untuk pinggang). Mempunyai dua jenis, yaitu yang bisa disesuikan ukuran pada lingkar pinggang dan paha (Udjustable Harness) dan ada yang bisa disesuaikan pada lingkar pinggang saja. (Non-adjustable Harness).
Berguna sebagai pengaman tubuh pemanjat dan belayer. Harness yang umum digunakan adalah Sit Harness (harness untuk pinggang). Mempunyai dua jenis, yaitu yang bisa disesuikan ukuran pada lingkar pinggang dan paha (Udjustable Harness) dan ada yang bisa disesuaikan pada lingkar pinggang saja. (Non-adjustable Harness).
Non ajdustable harness -------
Ajdustable harness
Chock dan Cam
Adalah pengaman yang disisipkan ke rekahan, celah – celah, atau lubang pada permukaan tebing. Chock mempunyai berbagai jenis dan ukuran yang dapat disesuaikan dengan bentuk rekahan atau celah pada tebing. Sedang cam mempunyai pegas yang dapat diminimalkan sudut mengembangnya pada celah. Dan mempunyai ukuran-ukuran yang berbeda pula.
Adalah pengaman yang disisipkan ke rekahan, celah – celah, atau lubang pada permukaan tebing. Chock mempunyai berbagai jenis dan ukuran yang dapat disesuaikan dengan bentuk rekahan atau celah pada tebing. Sedang cam mempunyai pegas yang dapat diminimalkan sudut mengembangnya pada celah. Dan mempunyai ukuran-ukuran yang berbeda pula.
stopper
--------------- ballnuts ----------------hexentis
freinds ----------------- tricam
Belay Device
Alat pengaman seorang pemanjat yang dikontrol oleh belayer, dengan memanfaatkan gaya gesek (friction) tali pada alat tersebut. Ada yang mempunyai self braking, yaitu dapat mengunci pergesaran tali jika terbebani. Alat inipun ada yang bisa berfungsi sebagai descender.
Alat pengaman seorang pemanjat yang dikontrol oleh belayer, dengan memanfaatkan gaya gesek (friction) tali pada alat tersebut. Ada yang mempunyai self braking, yaitu dapat mengunci pergesaran tali jika terbebani. Alat inipun ada yang bisa berfungsi sebagai descender.
Petzl
Grigri -------- KONG ghost ------- CASSIN piu'
SMC escape
--- SALEWA G2 ------ stick ------ MAMMUT Bionic
Sepatu
Sepatu yang dipergunakan khusus untuk pemanjatan, dibuat berbeda
dengan umumnya sepatu. Dibuat dengan sol yang lunak, dan dari bahan
karet yang mempunyai daya rekat merekat pada permukaan tebing,
sehingga meminimalkan terpelesetnya pemanjat. Ada juga yang dibuat
dengan sol agak keras, umumnya dipakai memanjat tebing rlatif mudah,
atau memakai tehnik jummaring pada tebing sangat besar atau
tinggi.
Helm
Penggunaan helm sangatlah
dianjurkan dalam pemanjatan, helm melindungi kepala dari serpihan atau
batuan yang jatuh, juga bahaya lainnya. Helm yang baik adalah yang
ringan namun juga kuat, umumnya dibuat dari bahan polycarbonate.
Chalk Bag
Sebuah tas kecil yang umumnya
dipakai di pinggang bagian belakang seorang pemanjat, berisi bubuk
magnesium, yang berguna menetralisir keringat yang keluar pada tangan
dan kelembaban pada batu atau permukaan tebing.
Peralatan
Lainnya
Disamping itu dalam pemanjatan mutipitch climbing dan aid climbing, lebih banyak lagi peralatan yang dibutuhkan, misalnya diperlukan untuk menaikkan peralatan atau menambah ketinggian. antara lain:
Ascender
Merupakan alat mekanik Single Rope Technique (SRT) yang berfungsi menjepit (clamp) tali, dimana tak bisa bergeser ke bawah namun sebaliknya. Umumnya digunakan pemanjatan artificial. Ascender terbagi menjadi dua jenis yaitu yang mempunyai pegangangan (handle) atau kepalanya saja, atau biasa disebut clog.
Disamping itu dalam pemanjatan mutipitch climbing dan aid climbing, lebih banyak lagi peralatan yang dibutuhkan, misalnya diperlukan untuk menaikkan peralatan atau menambah ketinggian. antara lain:
Ascender
Merupakan alat mekanik Single Rope Technique (SRT) yang berfungsi menjepit (clamp) tali, dimana tak bisa bergeser ke bawah namun sebaliknya. Umumnya digunakan pemanjatan artificial. Ascender terbagi menjadi dua jenis yaitu yang mempunyai pegangangan (handle) atau kepalanya saja, atau biasa disebut clog.
Descender
Alat untuk turun dari suatu
ketinggian, dengan memanfaatkan gaya gesek atau gaya geser tali
terhadap alat tersebut (friction). Umumnya digunakan figure eight
descender, namun bila jarak turun sangat tinggi atau vertikal
umumnya dipakai descender yang mempunyai sistem pengereman
sendiri (self braking). baca; artikel Descendeur kategori; Basic
Mountaineering
Hook
Berfungsi seperti pengait, namun
bukan alat pengaman. Umumnya dipakai oleh seorang pemanjat sebagai
pengaman sementara, yang dikaitkan pada cacat batuan (flakes).
Dipakai pada pemanjatan dengan tehnik aid climbing.
Palu Tebing
Berguna untuk memasang piton atau membukanya. Adapula palu yang sudah
dilengkapi dengan pemutar baut
Bor Tebing
Alat yang berfungsi seperti bor, berguna untuk mem’bor’ tebing dan
memasang baut untuk menempatkan hanger (bolt hanger) pada permukaan
tebing
Bolt Hanger dan Resin Anchor
Bolt Hanger adalah pengaman tetap yang dipasang pada permukaan tebing yang telah dilubangi / dibor, diperkuat dengan baut tebing (bolt) sedang Resin Anchor dipasang pada permukaan tebing yang telah dilubangi dengan bor dan diperkuat dengan lem (resin glue)
Bolt Hanger adalah pengaman tetap yang dipasang pada permukaan tebing yang telah dilubangi / dibor, diperkuat dengan baut tebing (bolt) sedang Resin Anchor dipasang pada permukaan tebing yang telah dilubangi dengan bor dan diperkuat dengan lem (resin glue)
Pasak Tebing
Pada umumnya piton dapat digolongkan dalam empat jenis, yaitu bong, bugabbos, Knife-Blade dan Angle. Merupakan pasak yang ditancapkan pada rekahan atau celah tebing. Karena disesuaikan dengan bentuk rekahan dan celah tebing, maka bentuk pitonpun bermacam-macam, antara lain;
Pada umumnya piton dapat digolongkan dalam empat jenis, yaitu bong, bugabbos, Knife-Blade dan Angle. Merupakan pasak yang ditancapkan pada rekahan atau celah tebing. Karena disesuaikan dengan bentuk rekahan dan celah tebing, maka bentuk pitonpun bermacam-macam, antara lain;
flat -------------- bong
------------ l shape
v shape
------------------------- soft
Etrier/Stirrup
Dibuat dari webbing yang dibentuk seperti tangga, biasanya dig
unakan untuk menambah ketinggian pada jalur pemanjatan yang sulit atau
pemanjatan artificial, misalnya pada dinding yang menggantung
(overhang)